BAB II
Pembahasan
A.
Filsafat Kontemporer
Banyak istilah dalam penyebutan filsafat kontemporer, diantaranya,
filsafat pasca modern, filsafat posmo dan lain-lain. Filsafat barat kontemporer
ini muncul pada abad ke-20 sebagai kritik dari filsafat modern, hal ini dapat
terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi
oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk
membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat.
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin
mendobrak teori Filsafat Modern yang menggunakan keuniversalitasan kebenara
tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah satu ciri yang terdapat dalam
Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas, dan lebih
cenderung beragam dalam pemikiran. Ciri filsafat Kontemporer
adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin
melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme filsafat
modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen utama.[1]
Zaman kontemporer pemikiran tidak hanya berpusat pada masaalah
ilmiah saja, melainkan juga masalah etis, konstruksi pemikiran, seni, waktu,
dan lain-lain bisa dibahas secara terbuka. Adanya penghargaan terhadap hal-hal
semacam ini merupakan ciri dari zaman kontemporer, yaitu apa pun boleh dibahas,
tetapi yang perlu diingat bahwa batasan zaman tidak ditandai melalui tahun
berapa (waktu), melainkan corak sejarah pemikirannya.[2]
Filsafat
kontemporer dibagi menjadi beberapa aliran, diantaranya: Neothomisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Realisme Kritis, Pragmatisme,
Materialisme, Evolusionisme, Positivisme, Tradisionalisme dan Idealisme.
B.
Neothomisme
1.
Awal Mula Neothomisme
Neothomisme
merupakan Aliran filsafat yang muncul sebagai penerus dari aliran Thomisme yang
telah lama hilang, Aliran ini muncul kembali dikarenakan pada zaman sebelum
Neothomisme atau zaman filsafat modern orang-orang telah mendewakan Rasio
sehingga mereka merindukan kembali dengan adannya kepercayaan Kristen, maka
munculah Neothomisme yang berusaha menggabungkan antara Rasio dengan agama,
seperti apa yang dibangun oleh Thomisme pada zaman dahulu.
Thomisme adalah
aliran filsafat yang muncul sebagai warisan dari pemikiran St Thomas Aquinas ,
seorang imam Katolik yang saleh.
St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar di mana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Secara khusus, ia adalah seorang realis (yaitu, bahwa dunia dapat diketahui seperti apa adanya, berlawanan dengan sikap skeptis ). Dia terutama mengikuti terminologi dan metafisika Aristoteles, dan menulis komprehensif komentar tentang Aristoteles , ini dapat melaui argumennya yang menegaskan pendapat Aristoteles.
St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar di mana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Secara khusus, ia adalah seorang realis (yaitu, bahwa dunia dapat diketahui seperti apa adanya, berlawanan dengan sikap skeptis ). Dia terutama mengikuti terminologi dan metafisika Aristoteles, dan menulis komprehensif komentar tentang Aristoteles , ini dapat melaui argumennya yang menegaskan pendapat Aristoteles.
Thomas
mengikuti pemahaman Aristoteles, merujuk kepadanya sebagai "Filsuf",
ia juga mengikuti beberapa prinsip neoplato, seperti ketika ia mengatakan bahwa
"adalah mutlak benar bahwa ada sesuatu yang pertama yang pada dasarnya ada
dan pada dasarnya baik , yang kita sebut Allah, ... [dan bahwa segala sesuatu]
bisa disebut baik dan ada, sejauh ia berpartisipasi di dalamnya dengan cara
suatu asimilasi tertentu ... ".[3]
2.
Tokoh Neothomisme
Tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan Neothomisme adalah ;
1. Desire Mercier (1851-1926)
2. Antonin Gilbert Sertilanges (1863-1948)
3. Reginald Gerriou-Lagrange (1877-1964)
4. Joseph Marechal (1878-1944), dll.[4]
3.
C. Eksistensialisme
1. Awal Mula Eksistensialisme
Munculnya
eksistensialisme didorong oleh situasi dunia secara umum, terutama dunia Eropa Barat, pada waktu
itu kondisi dunia pada umumnya tidak menentu akibat perang, dimana-mana terjadi
krisis nilai. Manusia menjadi orang yang gelisah,
merasa eksistensinya terancam oleh ulahnya sendiri, manusia
melupakan individualitasnya. Dari sanalah para filosof
berpikir dan mengharap adanya pegangan yang dapat mengeluarkan manusia dari
krisis tersebut. Dari proses itulah lahir eksistensialisme.
[8]
Eksistensialisme terutama
merupakan perlawanan atas materialisme ataupun idealisme. Materialisme beranggapan bahwa manusia sama halnya dengan
kayu, batu dan benda lainnya, namun menurut bentuknya manusia lebih unggul dari
pada kayu dan batu, namun keberadaannya sama. Artinya manusia adalah materi
yang betul-betul materi. Sedangkan menurut eksistensialisme memang keberadaan
manusia sama dengan batu dan kayu, akan tetapi cara beradanya tidak sama,
manusia berada didunia dan ia mengalmi keberadaannya didunia, mengerti bahwa
keberadaannya mempunyai arti, artinya manusia adalah subyek, subyek adalah yang
menyadari.[9]
Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang memandang segala hal berpangkal pada eksistensinya, artinya bahwa
eksistensialisme merupakan cara manusia berada, atau lebih tepat mengada di
dunia ini.[10]Aliran ini berpendapat bahwa filsfat harus bertitik tolak pada
manusia yang konkrit, yakni manusia sebagai eksistensi.[11]
Ciri2
aliran eksistensialisme,
1.
Orang
yang dinilai dan ditempatkan pada kenyataan sesungguhnya
2.
Orang
yang berhubungan dengan dunia yang ada
3.
Manusia
merupakan satu kesatuan sebelum ada perpisahan antara jiwa dan badan
4.
Orang
berhubungan dengan segala sesuatu yang ada.[12]
2.
Tokoh Eksistensialisme
Tokoh-tokoh aliran
ini adalah Sooren Kierkegaard (1815-1855), Martin Haidegger (1889-1976), Karr
Jaspers (1883-1969). Ketiganya ini dari Jerman, sedang tokoh dari Prancis
adalah Gabriel Marcel (1889-1973), Jean Paul Sartre (1905-1980) dan masih
banyak lagi diantaranya Albert Camus dan Simon Beauvoir.h. 67
Inti pemikiran
aliran ini adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala
sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri,
dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan
manusia karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia
pada setiap tindakan dan tujuan mereka. [13]
3.
[1] Abadi Saada, “Latar Belakang Munculnya Filsafat Barat Kontemporer,” diakses Tanggal 16 Oktober 2010, dari http//abadisaada.blogspot.com201010filsafat-barat-kontempore.html
[2] Aprillins,
“Filsafat Kontemporer,” diakss Pada Tanggal 24 Maret 2009, dari http//Filsafat
Kontemporer - aprillins.com.htm
[3] Mirsi Nira,
“The Book Of Phylosoph”, Diakses Tanggal 19 Juni 2010, Dari http://thebookofphylosoph.blogspot.com/2010/06/thomisme.html
[4] K. Bertens, Filsafat
Barat Kontemporer, Cet III (Jakarta
: PT Gramedia, 1996), h. 47-50
[5] Burhanuddin
Salam, Filsafat Manusia (Jakarta: PT Bina Aksara, 1988), h. 6
[6] Ibid.,
h. 9
[7] Ibid.,
h. 22
[9] Atang Abdul
Hakim, Beni A. S., Filsafat Umum, Cet I (Bandung: CV Pustaka Setia,
2008), h. 334
[10] Ibid., h.
324
[11] Tim Penyusun
MKD IAIN Sunan Ampel, Pengantar Filsafat Cet I, (Surabaya: IAIN SA Pres,
2011), h. 121
[12] Suparlan
suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2005), h. 66
[13] Scribd, Op.
Cit.
[14] QS.
Al- Maidah :
48.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar