Sabtu, 29 September 2012

perbuatan manusia


BAB II
Perbuatan Manusia Menurut Beberapa Aliran

A.    Jabariyah
Tukoh-tokoh dari aliran jabariyah yang berpendapat tentang perbuatan manusia digolongkan menjadi dua, aliran ini ada yang berpendapat ekstrim dan moderat. Diantara tokoh jabariyah ekstrim adalah :
A.    Jahm bin Safwan dan Ja’ad bin Dirham
mereka berpendapat “Manusia pada dasarnya tidak memiliki kehendak dan pilihan, dengan kata lain terpaksa”. Semua perbuatan yang terjadi pada mahluk adalah perbuatan Allah, manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya. Semua perbuatan manusia, iradah maupun daya  baik ataupun buruk adalah dari Allah.
            Adapun tokoh jabariyah moderat adalah
B.     An-Najar dan Ad-Dhirar
Pendapatnya adalah “ Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia baik itu yang baik ataupun buruk, tapi manusia punya peran, Tuhan menciptakan daya dalam diri manusia, maka dalam menentukan perbuatan itu akan dilaksanakan atau tidak itu adalah bagian manusia, teori inilah yang disebut al-kasb.[1]
B.     Qadariyah
Berbeda dengan jabariyah, aliran qadariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia, iradah, dan dayanya semua adalah berasal dari manusia itu sendiri, dalam arti lain Tuhan tidak campur tangan dalam hal ini. Manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Faham ini dikenal dengan nama free will dan free act.[2]
Mansuia mempunyai kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.[3]
C.    Asy’ariyah
Pelopor aliran ini adalah Abu Hasan Al-Asy’ari, awal mulanya Al-Asy’ari adalah penganut aliran Mu’tazilah ini karena ibu dari Al-Asy’ari  menikah dengan Abu Ali Al-Jubba’i yaitu tokoh Mu’tazilah, dengan kata lain Al-Jubba-i adalah ayah tiri Al-Asy’ari. Selama 40 tahun Al-Asy’ari menekuni aqidah mu’tazilah bahkan menjadi pakar terkemuka di aliran ini. Diantara yang melatar belakangi perpindahan Al-Asy’ari dari Mu’tazilah ke Ahlussunah Wal Jama’ah adalah ketidak puasan Al-Asy’ari  terhadap ideologi Mu’tazilah.[4]
 Adapun ajaran Al-Asy’ari mempercayai bahwa perbuatan dan daya manusia itu adalah dari Tuhan, sedangkan iradahnya adakalanya dari manusia dan adakalanya dari Tuhan. Jadi perbuatan itu timbul karna adanya daya yang di ciptakan Tuhan. Contoh kejadian perbuatan yang diluar kemauan kita ialah ketika kita terjatuh dari pohon,  kita tidak menginginkan hal itu terjadi, tapi mau tidak mau itulah yang harus terjadi pada kita, berarti kita terjatuh itu merupakan iradahnya Tuhan.[5]
Untuk menjelaskan dasar pijakannya , Al-Asy’ari menggunakan teori al-kasb(perolehan , dapat di jelaskan sebagai berikut, segala sesuatu terjadi kana perantara daya yang diciptakan, sehingga muktasih memperoleh kasb, sehingga konsekuensinya manusia bersikap pasif dalam perbuatan-perbuatannya.[6]
Dari uraian diatas dapat dikatakan  prinsip aliran Al-Asy’ariyah  berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan Tuhan dan Tuhan menciptakan pula daya pada diri manusia untuk melahirkan perbuatan tesebut. Perbuatan manusia adalah yang di peroleh manusia dari Tuhan, maka perbuatan itu adalah kasb dari Tuhan untuk manusia, ini berimplikasi bahwa perbuatan manusia dibarengi oleh daya kehendaknya, dan bukan atas daya kehendaknya.
D.    Mu’tazilah
Mu’tazilah menganut faham qadariyah atau fee will, menurut al jubba’i dan abd al jabbra, manusialah yang menciptakan perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang berbuat baik dan buruk daya upaya dan kehendak terdapat dalam diri manusia. Walaupun pendapat mu’tazilah tentang perduatan manusia ini sama dengan qadariyah, tetapi ada perbedaannya, yaiyu aliran mu’tazilah meyakini adanya ilmu azali Allah yang mengetahui segala apa yang akan terjadi dan diperbuat manusia.
E.     Maturidiyah
Ada perbedaan antara maturidiyah Samarkand dan maturidiyah Bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham Mu’tazilah. Perbedaan dengan mu’tazilah adalah daya untuk berbuat tidak diciptakan sebelumnya, tetapi bersamaan dengan perbuatannya. Sedang kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy’ariyah. Sebenarnya maturidiyah tidak banyak berbeda pendapat dengan maturidiyah Samarkand, hanya saja mereka berbeda pendapat tentang perwujutan daya, maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat menciptakan perbuatan, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatang dari apa yang telah diciptakan Tuhan baginya.[7]

























BAB III
Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan:
1.      Pendapat jabariyah tentang perbuatan manusia  adalah
Semua perbuatan yang terjadi pada mahluk adalah perbuatan Allah, manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya. Semua perbuatan manusia, iradah maupun daya  baik ataupun buruk adalah dari Allah.
2.      Pendapat qadariyah tentang perbuatan manusia adalah
perbuatan manusia, iradah, dan dayanya semua adalah berasal dari manusia itu sendiri, dalam arti lain Tuhan tidak campur tangan dalam hal ini.
3.      Pendapat Asy’Ariyah tentang perbuatan manusia adalah
perbuatan dan daya manusia itu adalah dari Tuhan, sedangkan iradahnya adakalanya dari manusia dan adakalanya dari Tuhan.
4.      Pendapat Mu’tazilah tentang perbuatan manusia adalah
Sama dengan qadariyah
5.      Pendapat Maturidiyah tentang perbuatan manusia ada dua
·         Menurut maturidiyah Samarkand seperti mu’tazilah
·         Menurut maturidiyah Bukhara sama dengan Asy’ariyah


[1]  Mihwanuddin, “Asal Usul Jabariyah,” Diakes Pada Tanggal 10 Maret 2011 Dari Dari http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/10/asal-usul-pandangan-dan-pendapat-aliran-jabariyah/

[2]  IAIN Sunan Ampel, Ilmu Kalam, Cet I (Surabaya: IAIN SA Press, 2011) h. 67
[3]  Romi Permadi, “Perbuatan Manusia Menurut Beberapa Aliran dalam Teologi Islam,” Diakses Tanggal 30 April 2011 Dari http://romipermadi.blogspot.com/2011/04/perbuatan-manusia-menurut-beberapa.html
[4]  Op. cid, 100
[5]  Ibid., 109
[6]  Abdur Rozak, Rosihon Anwar, ilmu kalam, cet VI (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011) h. 165
[7]  Ibid., 166

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu

Pengikut